BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Monday, May 13, 2013

PENDEKATAN ROGERS TERHADAP KEPRIBADIAN



            Tidak  seperti Allport, yang datanya semata-mata diperoleh dari studi tentang orang-orang dewasa yang matang dan sehat, Rogers bekerja dengan individu-individu yang terganggu yang mencari bantuan untuk mengubah kepribadian mereka. Untuk merawat pasien-pasien ini (dia lebih suka menyebut mereka “klien-klien”), Rogers mengembangkan suatu metode terapi yang menempatkan tanggung jawab utama terhadap perubahan kepribadian terhadap klien, bukan pada ahli terapi (seperti dalam pendekatan Freud). Karena itu disebut “terapi yang berpusat pada klien” (client-centered therapy). Jelas, metode ini menganggap bahwa individu yang terganggu memiliki suatu tingkat kemampuan dan kesadaran tertentu dan mengatakan kepada kita banyak tentang pandangan Rogers mengenai kodrat manusia.
            Apabila orang-orang bertanggung jawab terhadap kepribadian mereka sendiri dan mampu memperbaikinya, maka mereka harus menjadi makhluk yang sadar dan rasional. Rogers percaya bahwa orang-orang dibimbing oleh persepsi sadar mereka sendiri tentang diri mereka dan dunia sekitar mereka bukan oleh kekuatan-kekuatan tak sadar yang tidak dapat mereka kontrol. Kriterium terakhir seseorang adalah pada pengalaman sadarnya sendiri dan pengalaman itu memberikan kerangka intelektual dan emosional dimana kepribadian terus-menerus bertumbuh.
            Menurut Rogers, manusia yang rasional dan sadar, tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak, seperti pembiasaan akan kebersihan (toilet training), penyapihan yang lebih cepat, atau pengalaman-pengalaman seks sebelum waktunya. Hal-hal ini tidak menghukum atau mengutuk kita untuk hidup dalam konflik dan kecemasan yang tidak dapat kita kontrol. Masa sekarang dan bagaimana kita memandangnya bagi kepribadian yang sehat dan jauh lebih penting daripada masa lampau. Akan tetapi Rogers mengemukakan bahwa pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi cara bagaimana kita memandang masa sekarang yang pada gilirannya mempengaruhi tingkat kesehatan psikologis kita. Jadi, pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak adalah penting, tetapi fokus Rogers tetap pada apa yang terjadi dengan kita sekarang, bukan pada apa yang terjadi waktu itu.
            Dalam karyanya dengan klien-klien, Rogers mempertahankan bahwa kepribadian harus diperiksa dan dipahami melalui segi pandangan pribadi klien, pengalaman-pengalaman subjektifnya sendiri. Sama seperti dalam kehidupan pribadinya, Rogers percaya akan pengalaman-pengalamannya sendiri, maka demikian juga dalam kehidupan profesionalnya, dia percaya akan pengalaman klien-kliennya. Apa yang nyata bagi setiap klien adalah persepsinya yang unik tentang realitas.
            Rogers percaya bahwa karena realitas ini tergantung pada pengalaman-pengalaman perseptual setiap orang, maka realitas itu akan berbeda untuk setiap orang. Meskipun demikian, dia mengemukakan suatu tenaga pendorong yang umum dan utama: kecenderungan atau usaha untuk aktualisasi.

            Rogers menempatkan suatu dorongan- “ satu kebutuhan fundamental” – dalam sistemnya tentang kepribadian : memeliharakan, mengaktualisasikan, dan meningkatkan semua segi individu. Kecenderungan ini dibawa sejak lahir dan meliputi komponen komponen pertumbuhan fisologi dan psikologis, meskipun selama tahun tahun awal kehidupan, kecenderungan tersebut lebih terarrah kepada segi segi fisiologis.
            Tidak ada segi pertumbuhan dan perkembangan manusia beroprasi secara terlepas dari kecenderungan aktualisasi ini. Pada tingkat-tingkat yang lebih rendah, kecenderungan aktualisasi berkenaan dengan kebutuhan kebutuhan fisologis dasar makanan, air, dan udara. Karena itu kecenderungan aktualisasi itu memungkinkan organisme hidup terus dengan membantu dan mempertahankan kebutuhan kebutuhan jasmaniah dasar.
            Akan tetapi aktualisasi berbuat jauh lebih banyak daripada mempertahankan organisme; aktualisasi juga mempermudahkan dan meningkatkan pematangan dan pertumbuhan.jika bayi bertambah besar, organ organ tubuh dan proses proses fisiologis menjadi semakin kompleks dan berdiferensiasi karena mereka mulai berfungsi dalam arah arah yang dituju. Proses pematangan ini mulai dengan perubahan perubahan dalam ukuran dan bentuk dari bayi yang baru lahir sampai pada perkembangan sifat-sifat jenis kelamiin sekunder pada masa remaja.
            Pematangan yang penuh itu tidak dicapai secara otomatis, meskipun fakta bahwa “blue-print” bagi proses pematangan terkandung dalam struktur genetis individu. Proses itu memerlukan banyak usaha; rogers membandingkannya dengan perjuangan dan rasa sakit yang terjadi ketika seorang anak belajar berjalan. Walaupun demikian anak itu masih terus berusaha dan akhirnya berhasil. Apa sebabnya anak itu pantang mundur? Rogers berpendapat bahwa kecenderungan untuk aktualisasi sebagi suatu tenaga pendorong adalah jauh lebih kuat daripada rasa sakti dan perjuangan serta setiap dorongan yang ikut menghentikan usaha untuk berkembang.
            Kecenderungan aktualisasi pada tingkat fisiologisbenar-benar tidak dapat dikekang; kecenderungan itu mendorong individu ke depan dari salah satu tingkat pematangan berikutnya yang memaksanya untuk menyesuaikan diri dan tumbuh.
            Seperti anda dapat melihat, segi fisiologis dari kecenderungan aktualisasi ini tidak diarahkan kepada reduksi tegagan. Perjuangan serta keuletan yang terlibat dalam aktualisasi membuat kita bertambah dan buka menjadi kurang tegang. Maka tujuan hidup tidak hanya mempertahankan suatu keseimbangan homeostatis atau suatu tingkat ketentraman dan kesenangan yang tinggi, tetapi juga pertumbuhan dan peningkatan. Arah kita ialah kedepan, ke arah tujuan yang berfungsi semakin kompleks sehingga kita dapat menjadi semuanya menurut kemampuan kita untuk menjadi.
            Pada tingkata biologis ini, Rogers tidak membedakan antara manusia yang sehat dan manusia yang tidak sehat. Jelas, dia tidak menemukan perbedaaan antara orang yang sehat dengan orang yang sakit secara emosional, menurut jumlah atau perhitungan dari apa yang mungkin disebut aktualisasi biologis. Tetapi apabila kita memikirkan segi-segi psikologis dari aktualisasi maka jelas ada perbedaaan.
            Ketika seorang bertambah besar, maka “diri” mulai berkembang. Pada saat itu juga, tekanan dalam aktualisasi beralih dari yang fisiologis kepada yang psikologis. Tubuh, dan bentuk bentuk serta fungsi fungsinya yang khusus telah mencapai tingkat perkembangan yang dewasa, dan pertumbuhan lalu berpusat pada kepribadian. Rogers tidak menjelaskan kapan perubahan ini terjadi, tetapi seseorang dapat menarik kesimpulan dari tulisan tulisan bahwa perubahan ini mulai pada masa kanak-kanak dan selesau pada akhir masa adolesensi.
D. PERKEMBANGAN DIRI
Dalam masa kecil, anak mulai membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari semua yang lain-lainnya. Anak itu mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang menjadi milik atau bagian dari dirinya dan semua benda lain yang di lihat, di dengar, diraba, dan di ciumnya ketika dia mulai membentuk suatu lukisan dan gambaran tentang siapa dia. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu “pengertian diri” (self concept)
            Sebagai bagian dari self concept, anak itu juga mengambarkan dia akan menjadi siapa atau mungkin ingin menjadi siapa. Dengan mengamati reaksi dari orang-orang lain terhadap tingkah lakunya sendiri, anak itu secara ideal  mengembangkan suatu pola gambaran-gambaran diri yang konsisten, suatu keseluruhan yang terintegrasi dimana kemungkinan adanya beberapa ketidakharmonisan antara diri sebagaimana adanya dan diri sebagaimana yang mungkin diinginkannya untuk menjadi diperkecil.
            Cara-cara khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak itu dalam masa kecil. Pada waktu diri itu mulai berkembang, anak itu pada masa kecil. Pada waktu diri itu mulai berkembang, anak itu juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan ini “penghargaan positif” (positive regard)
            Positive regard, suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimiliki semua manusia, setiap anak terdorong untuk mencari positive regard. Akan tetapi tidak setiap anak akan menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau dia menerima kasih sayang, cinta, dan persetujuan dari orang lain, tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang.
            Anak harus berkerja keras untuk positive regard dengan mengorbankan aktualisasi diri. Anak dalam situasi ini mengembangkan apa yang disebut Rogers “penghargaan positif bersyarat” (conditional positive regard). Kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah lakunya yang baik. Karena anak mengembangkan condotional positive regard maka dia menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Jika itu terjadi, maka sikap ibu diambilalih oleh anak itu dan diterapkan kepada dirinya.
            Misalnya, apabila ibu menyatakan celaan setiap saat karena anak menjatuhkan suatu benda dari tempat tidurnya, maka anak itu akhirnya mencela dirinya sendiri sewaktu-waktu dia bertingkah laku demikian standar-standar penilaian dari luar menjadi miliknya sendiri dan anak itu “menghukum” dirinya hanya bila dia beringkah laku menurut cara-cara yang diketahuinya disetujui ibu. Dengan demikian diri menjadi “wakil ibu”.
Diri tidak dibiarkan untuk beraktualisasi sepenuhnya karena beberapa segi dari diri harus dicek. Syarat-syarat penghargaan berlaku seperti penutup kuda, yang memotong suatu bagian dari pengalaman yang ada. Orang-orang dengan syarat-syarat penghargaan harus membatasi tingkah laku mereka dan mengubah kenyataan karena meskipun menyadari tingkah laku dan pikiran yang tidak pantas, namun dapat merasa terancam kalau mereka memamerkannya. Karena individu-individu ini tidak dapat bereaksi sepenuhnya dan terbuka dengan lingkungan mereka, maka mereka akan mengembangkan apa yang disebut Rogers “ketidakharmonisan” (incongruence) antara konsep diri dan kenyataan yang mengitari mereka. Mereka tidak dapat mengaktualiasikan semua segi dari diri. Dengan kata lain, mereka tidak dapat mengembangkan kepribadian-kepribadian yang sehat.
Syarat utama bagi timbulnya kepribadian sehat adalah penerimaan “penghargaan positif tanpa syarat” (unconditional positive regard) pada masa kecil. Hal ini berkembang apabila ibu memberikan cinta dan kasih sayang tanpa memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku. Cinta dan kasih sayang yang diberikan dengan bebas ini, dan sikap yang ditampilkannya bagi anak itu menjadi sekumpulan norma dan standar yang diinternalisasikannya, sama seperti halnya sikap-sikap ibu yang memperlihatkan conditional positive regard diinternalisasikan oleh ibunya.
            Unconditional positive regard tidak menghendaki bahwa semua pengekangan terhadap tingkah laku anak tidak ada, tidak berarti bahwa anak diperbolehkan melakukan apa saja yang diinginkannya tanpa dinasehati. Sebab jika demikian halnya maka ibu tidak boleh melindungi anaknya dari bahaya-bahaya. Misalnya menarik anak menjauhi sebuah kompor yang panas karena takut membuat positive regardnya bersyarat.
            Rogers percaya bahwa ibu dapat mencela tingkah laku-tingkah laku tertentu tanpa pada saat yang sama menciptakan syarat-syarat dalam mana anak akan menerima cinta dan kasih sayang. Hal ini dapat dicapai dalam suatu situasi yang membantu anak menerima beberapa tingkah laku yang tidak dikehendaki tanpa memyebabkannya merasa bersalah dan tidak berharga setelah melakukan tingkah laku-tingkah laku tersebut. Anak tidak terlalu banyak dinasihati sehingga dapat menetapkan syarat-syarat penghargaan untuk anak karena itulah caranya bagaimana nasihat itu dilaksanakan.
            Anak-anak yang bertumbuh dengan perasaan unconditional positive regard tidak akan mengembangkan syarat-syarat penghargaan. Mereka merasa diri berharga dalam semua syarat. Dan jika syarat-syarat penghargaan tidak ada maka tidak ada kebutuhan untuk bertingkah laku defensif. Tidak akan ada ketidakharmonisan antara diri dan persepsi terhadap kenyataan.
            Untuk orang yang demikian, tidak ada pengalaman yang mengancam. Dia dapat mengambil bagian dalam kehidupan dengan bebas dan sepenuhnya. Diri adalah dalam dan luas, karena diri itu mengandung semua pikiran dan perasaan yang mampu diungkapkan orang itu. Diri itu juga fleksibel dan terbuka kepada semua pengalaman baru. Tidak ada bagian dari diri dilumpuhkan atau terhambat dalam ungkapannya.
Semua orang bebas untuk menjadi orang yang mengaktualisasikan diri untuk mengembangkan seluruh potensinya. Dan setelah proses aktualisasi diri mulai berlangsung, orang itu dapat maju ke tujuan terakhir, yakni menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya.  


sumber : buku Psikologi Pertumbuhan Universitas Gunadarma