Nama : Yosephine Rainda Disca
Kelas : 4PA08
NPM : 17511582
Dalam tugas pertama ini, saya akan membahas tentang pengertian dari sistem informasi psikologi (SIP). Sebelum saya menjelaskan tentang SIP itu sendiri, saya akan menjelaskan satu persatu definisi dari sistem, informasi dan psikologi dari berbagai tokoh.
A. SISTEM
Menurut Eriyanto (2004) sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan kompleks.
Menurut Lani Sidharta sistem adalah himpunan dari bagian-bagian yang saling berhubungan yang secara bersama mencapai tujuan-tujuan yang sama.
Menurut Jogianto mengemukakan bahwa sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata adalah suatu objek nyata, seperti tempat, benda, dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi.
B. INFORMASI
Menurut Fatta (2007) informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendatang.
Menurut Gordon B. Davis informasi adalah data yang telah diproses/diolah ke dalam bentuk yang sangat berarti untuk penerimanya dan merupakan nilai yang sesungguhnya atau dipahami dalam tindakan atau keputusan yang sekarang atau nantinya.
Menurut Kenneth C. Laudon menyatakan informasi adalah data yang sudah dibentuk ke dalam sebuah formulir bentuk yang bermanfaat dan dapat digunakan untuk manusia.
C. SISTEM INFORMASI
Menurut Muhyuzir (2001) sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan saling mendukung sehingga menjadi suatu informasi yang berharga bagi yang menerimanya.
D. PSIKOLOGI
Menurut Branca (dalam Basuki, 2008) menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia.
Menurut Plotnik (dalam Basuki, 2008) psikologi merupakan studi yang sistematik dan ilmiah tentang perilaku dan proses mental.
Menurut Woodworth & Marquis (dalam Basuki, 2008) menyatakan bahwa psikologi mempelajari aktivitas baik motorik, kognitif maupun emosional.
Menurut Dakir psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
E. SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI
Berdasarkan dari beberapa definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa sistem informasi psikologi adalah suatu kumpulan atau sistem yang diolah sehingga menjadi sebuah informasi yang bermanfaat dan berkaitan dengan aktivitas manusia baik motorik, kognitif maupun emosional dalam hubungannya dengan lingkungan.
Sumber:
Basuki, H. (2008). Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Eriyanto. (2004). Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Bogor: Grasindo.
Fatta, H.A. (2007). Analisis & Perancangan Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Muhyuzir, T.D. (2001). Analisa perancangan sistem pengolahan data. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi/
http://www.pengertianahli.com/2013/08/pengertian-sistem-menurut-para-ahli.html
http://carapedia.com/pengertian_definisi_informasi_menurut_para_ahli_info504.html
Friday, September 26, 2014
SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI
my post Josephine Rainda Disca at 7:56 AM 1 comments
Monday, May 19, 2014
Tugas PSIKOTERAPI
Nama : Yosephine
Rainda Disca
Kelas : 3PA08
NPM : 17511582
Kelompok : 4
Logoterapi
Prof. Viktor E. Frankl adalah seorang profesor dari Fakultas
Kedokteran-Universitas Vienna dan juga cukup lama menjadi mahasiswa yang
mempelajari filosofi eksistensial.Pada awal 1938 menggunakan istilah
‘Existenz-Analyse’ dalam tulisannya.Beliau memperoleh gelar doktor filosofi,
dan juga gelar dokter sebagai neurologis dan psikiater. Kemudian Frankl bekerja
sebagai Kepala Poliklinik Neurologik Vienna dan mendapat julukan kehormatan
“The Third Viennese School of Psychotherapy”.
Frankl memperkenalkan
logoterapi yang mengakui adanya dimensi spiritual dan memanfaatkannya untuk
mengembangkan hidup bermakna (therapy through meaning). Dari asal katanya,
logoterapi berasal dari kata ‘logos’ yang berarti ‘meaning’ (makna) dan
‘spirituality’ (kerohanian). Logoterapi digolongkan pada Existential Psychiatry
dan Humanistic Psychology
Viktor
Frankl berpendapat bahwa kebutuhan manusia yang lebih mendasar adalah kebutuhan
untuk hidup bermakna atau berarti.Keinginan untuk mempunyai maknai merupakan
salah satu kekuatan motivasi yang ada dalam diri manusia bahkan lebih mendasar
daripada ‘prinsip kesenangan’ (pleasure principle) dari Freud atau ‘keinginan
untuk berkuasa’ dari Adler. Menurut Frankl, seseorang akan menjadi sakit
apabila dia tidak lagi mempertanyakan keberadaannya. Hal ini terjadi karena dia
tidak dapat lagi berfungsi sebagaimana mestinya atau istilah Frankl manusia itu
sedang berada di dalam ‘kekosongan eksistensial’
1. Ajaran Logoterapi
Logoterapi berpandangan bahwa ‘makna hidup’ (the meaning of
life) dan ‘hasrat untuk hidup bermakna’ (the will to meaning) merupakan motif
azasi manusia yang dapat dilihat dalam dimensi spiritual atau ‘noetic’. Jadi,
Frankl berpendapat bahwa ada dimensi lain selain dimensi somatik dan psikis,
yaitu dimensi spiritual. Tampaknya Frankl tidak memisahkan antara fisik, psikis
dan spiritual seorang manusia dan menganggapnya merupakan satu kesatuan yang
utuh.Konflik dasar spiritual yang muncul dari dalam diri seseorang dapat
terjadi sebagai akibat ketidakmampuannya untuk muncul secara spiritual
mengatasi kondisi fisik dan psikisnya.
Konflik ini tidak berakar pada kerumitan psikologis, akan
tetapi terpusat pada hal spiritual dan etis. Apabila terdapat satu konflik
spiritual dapat menyebabkan gangguan psikologis (neurosis) yang disebut Frankl
sebagai ‘noogenic neurosis’. Terapi ini bertujuan untuk memenuhi doroangan
spiritual yang dibawa oleh manusia sejak lahir dengan mengeksplorasi makna
keberadaan manusia.
2. Ajaran dalam Logoterapi mempunyai 3
landasan filsafat, yaitu :
1. The
freedom of will: kebebasan tetapi terbatas, bukan kebebasan dari sesuatu tetapi
kebebasan mengambil sikap terhadap sesuatu. Kebebasan yang dimaksud di sini
adalah kebebasan yang bertanggungjawab.
2. The
will to meaning : merupakan motivasi dasar manusia. Yang dimaksudkan dengan
keinginan untuk bermakna adalah : tertuju kepada hal-hal yang berada di luar
diri manusia tersebut, bukan berpusat pada diri sendiri (self-centered)
3. The
meaning of life : dapat ditemukan oleh manusia dalam kehidupannya, termasuk
pada saat mengalami penderitaan (rasa bersalah, sakit, kematian). Makna hidup
setiap orang sifatnya unik, personal, spesifik, dan temporer. Makna hidup tidak
dapat diberikan oleh siapapun, jadi harus ditemukan oleh diri sendiri.
3. Logoterapi sebagai Salah Satu Metode
Konseling
Dalam logoterapi pasien dibantu untuk menemukan nilai-nilai
baru dan mengembangkan filosofi konstruktif dalam kehidupannya. Oleh karena
itu, seorang logoterapis tidaklah mengobati gejala-gejala yang tampak pada
pasien atau klien secara langsung, akan tetapi mengadakan perubahan sikap
neurotik pasien terlebih dahulu. Pasien bertanggungjawab pada dirinya sendiri
dan logoterapis memberikan dorongan untuk memilih, mencari dan menemukan
sendiri makna konkrit dari eksistensi pribadinya. Seorang logoterapis membantu
klien untuk menyusun 3 macam nilai yang akan memberi arti pada eksistensi,
yaitu : creative values, experiental values, dan attitudinal values.
Dalam proses terapi, klien diperlihatkan bagaimana membuat
hidup menjadi penuh arti dengan ‘the experience of love’. Pengalaman ini akan
membuatnya mampu menikmati ketulusan, keindahan dan kebaikan dan mampu mengerti
akan manusia dengan keunikan-keunikan pribadinya. Dengan demikian, diharapkan
klien dapat melihat bahwa penderitaan mungkin sangat berguna untuk membantunya
dalam mengubah sikap hidup.Sebagai contoh, situasi yang tidak dapat diperbaiki
yang disebut oleh Frankl sebagai ‘takdir’ mungkin harus diterima. “Dimana kita
tidak lagi dapat mengubah takdir dengan perbuatan, apapun keadaannya, sikap
yang tepat untuk menghadapi takdir adalah kita harus dapat menerimanya”
4. Tahapan Konseling Logoterapi
Ada empat tahap utama didalam proses konseling logterapi
diantaranya adalah:
·
Tahap perkenalan dan pembinaan rapport. Pada
tahap ini diawali dengan menciptakan suasana nyaman untuk konsultasi dengan
pembina rapport yang makin lama makin membuka peluang untuk sebuah encounter.
Inti sebuah encounter adalah penghargaan kepada sesama manusia, ketulusan hati,
dan pelayanan. Percakapan dalam tahap ini tak jarang memberikan efek terapi
bagi konseli.
·
Tahap pengungkapan dan penjajagan masalah. Pada
tahap ini konselor mulai membuka dialog mengenai masalah yang dihadapi konseli.
Berbeda dengan konseling lain yang cenderung membeiarkan konseli “sepuasnya”
mengungkapkan masalahnya, dalam logoterapi konseli sejak awal diarahkan untuk
menghadapi masalah itu sebagai kenyataan.
·
Pada tahap pembahasan bersama, konselor dan
konseli bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas masalah yang
dihadapi. Tujuannya untuk menemukan arti hidup sekalipun dalam penderitaan.
·
Tahap evaluasi dan penyimpulan mencoba memberi
interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap
selanjutnya, yaitu perubahan sikap dan perilaku konseli. Pada tahap-tahap ini
tercakup modifikasi sikap, orientasi terhadap makna hidup, penemuan dan
pemenuhan makna, dan pengurangan symptom.
Jadi, tujuan dari
logoterapi adalah membangkitkan “kemauan untuk bermakna” dalam individu
tersebut, yang bersifat khusus dan pribadi bagi masing-masing orang.Seseorang
dapat bertahan dalam kondisi-kondisi yang paling tidak menguntungkan hanya bila
tujuan ini terpenuhi. Namun sebelumnya, seorang konselor sebaiknya mampu
mengeksplorasi dinamika proses intrapsikis dan menyelidiki hubungan interpersonal
klien melalui psikoterapi tradisional dengan teknik psikoanalitik. Oleh karena
itu, tampaknya Frankl, tidak sama sekali meninggalkan teori Freud dalam
psikoanalitiknya, tetapi keberhasilan logoterapi sangat dipengaruhi oleh
keberhasilan terapis dalam mengeksplorasi konflik intrapsikis dari klien.
Dengan logoterapi, klien yang menghadapi kesukaran menakutkan
atau berada dalam kondisi yang tidak memungkinkannya beraktivitas dan
berkreativitas dibantu untuk menemukan makna hidupnya dengan cara bagaimana ia
menghadapi kondisi tersebut dan bagaimana ia mengatasi penderitaannya. Dengan
cara ini, klien dibantu untuk menggunakan kejengkelan dan penderitaannya
sehari-hari sebagai alat untuk menemukan tujuan hidupnya. Peradaban kita saat
ini meyakinkan banyak orang untuk melihat penderitaan sebagai satu ‘takdir’
yang tidak dapat dicegah dan dielakkan.Akan tetapi logoterapi mengajarkan
kepada klien untuk melihat nilai positif dari penderitaan dan memberikan
kesempatan untuk merasa bangga terhadap penderitaannya.
5. Teknik Logoterapi
1. Persuasif
Salah satu teknik yang digunakan dalam logoterapi adalah
teknik persuasif, yaitu membantu klien untuk mengambil sikap yang lebih
konstruktif dalam menghadapi kesulitannya.Frankl, menggambarkan hal ini dalam
satu kasus tentang seorang perawat yang menderita tumor yang tidak dapat
dioperasi dan mengalami keputusasaan karena ketidakmampuannya untuk bekerja
dalam profesinya yang sangat terhormat.
2. Paradoxical-intention
Paradoxical intention pada dasarnya memanfaatkan kemampuan
mengambil jarak (self-detachment) dan kemampuan mengambil sikap terhadap
kondisi diri sendiri dan lingkungan.Paradoxical intention terutama cocok untuk
pengobatan jangka pendek pasien fobia (ketakutan irrasional). Dengan teknik
ini, konselor mengupayakan agar klien yang mengalami fobia mengubah sikap dari
‘takut’ menjadi ‘akrab’ dengan objek fobianya. Selain itu, teknik paradoxical
intention sangat bermanfaat untuk menolong klien dengan obsesif kompulsif
(tindakan yang terus-menerus dilakukan walaupun sadar hal itu tidak
rasional).Antisipasi yang menakutkan terhadap suatu kejadian sering menyebabkan
reaksi-reaksi yang berkembang dari peristiwa tersebut, misalnya pasien dengan
obsesi yang kuat cenderung untuk menghindari obsesif-kompulsifnya. Dengan teknik
paradoxical intention, mereka diajak untuk ‘berhenti melawan’, tetapi bahkan
mencoba untuk ‘bercanda’ tentang gejala yang ada pada mereka, ternyata hasilnya
adalah gejala tersebut akan berkurang dan menghilang. Klien diminta untuk
berpikir atau membayangkan hal-hal yang tidak menyenangkan, menakutkan, atau
memalukan baginya. Dengan cara ini klein mengembangkan kemampuan untuk melawan
ketakutannya, seperti yang terdapat juga dalam terapi perilaku (behaviour
therapy).
3. De-reflection
Teknik logoterapi lain adalah “de-reflection”, yaitu
memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang dimiliki
setiap manusia dewasa. Setiap manusia dewasa memiliki kemampuan untuk
membebaskan diri dan tidak lagi memperhatikan kondisi yang tidak nyaman, tetapi
mampu mengalihkan dan mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal yang positif dan
bermanfaat.Di sini klien pertama-tama dibantu untuk menyadari kemampuan atau
potensinya yang tidak digunakan atau terlupakan.Ini merupakan suatu jenis daya
penarik terhadap nilai-nilai pasien yang terpendam. Sekali kemampuan tersebut
dapat diungkapkan dalam proses konseling maka akan muncul suatu perasaan unik,
berguna dan berharga dari dalam diri klien. De-reflection tampaknya sangat
bermanfaat dalam konseling bagi klien dengan pre-okupasi somatik, gangguan tidur, dan
beberapa gangguan seksual, seperti impotensi dan frigiditas
CONTOH KASUS
1.
Contoh
Kasus penerapan teknik Bimbingan Rohani
Harold seorang warga Australia berusia paruh baya yang
kehidupannya dengan cepat berubah carut-marut diluar kontrol seperti seorang
pemabuk. Masalah keuangan/ekonomi tidak didukung oleh sejumlah biaya yang
dihabiskan untuk minum dan pengaruh beban pekerjaan (stress). Simpati istrinya
berkurang disamping ia juga punya masalah tidur tengah malam. Dia pulang untuk
menemui Chris Wurm, seorang GP ahli Logotherapi. Wurm mengkombinasikan
pendekatan medis sebagai contoh pemberian informasi terhadap bahaya
minuman-minuman juga dilakukan dengan logotherapi. Roda kehidupan Harol kembali
bergulir, liku-liku sisi alkohol dari kehidupannya dan tak bisa dihindari. Werm
berkata “ bahwa memungkin untuk memikirkan apayang dia ketahui dan dapat
menentukan pilihan dan menjalani kehidupan dengan berbagai cara (penekanan
logotherapi dapat dipertanggung jawabkan). Cerminan dari suatu pilihan yang
membawa perubahan baginya (ini adalah orientasi terhadap makna penghayatan dan
nilai - nilai terakhir yang bisa ditemuinya, nilai – nilai bersikap), dan
terdapat gambaran masa masa mendatang. Perannya sangat menentukan dan menjadi
efektif, setiap kali ia memandang betapa akal piciknya menjadi bumerang (api
dalam sekam).
2.
Contoh
kasus penerapan teknik Intensi Paradoksial
a) Kasus hidrofobia yang dialami seorang klien
selama 4 tahun, dimana ia selalu merasa gemetar dan keluar keringat tiap kali
berjabat tangan dengan atasannya. Frankl mengajukan saran kepada kliennya
supaya jika ia bertemu kembali dengan atasannya berusaha secara sengaja
mengatakan pada dirinya bahwa ia akan mengeluarkan keringat sebanyak-banyaknya
jika bersalaman dengan atasannya yang
sebelumnya hanya sedikit. Dan hasilnya ternyata klien tidak berkeringat
sedikitpun saat bersalaman dengan atasannya.
b) Kasus bakterofobia dan kompulsi mencuci
yang dialami ibu rumah tangga ditangani Frankl dengan mengajak ibu tersebut
menirukan apa yang dilakukannya dengan menggosok-gosokkan tangan ke lantai dan
kemudian berkata, ‘’Lihat, tangan saya menjadi kotor, tetapi saya tidak bisa
menemukan banyak bakteri !’’ dan kemudian ibu tersebut mau menirukannya dan
selama 5 hari berikutnya gejala-gejala bakterfobia mulai menyusut dan akhirnya
hilang sama sekali.
c) Kasus alkoholisme neurosis yang dialami
D.F yang mana dengan minum secara eksesif untuk mengatasi ketidakbermaknaan
hidup sekaligus untuk mengatasi gejala gemetaran tangan jika berada di depan
orang lain. Dan tidak bisa mengangkat piring atau gelas tanpa menumpahkan
isinya jika makan atau minum di depan umum. Gerz menganjurkan D.F agar secara
sengaja berhumor menunjukkan gejala-gejala itu
di hadapan orang lain dengan mengatakan ‘’ Lihat, betapa ajaib getaran
tanganku.’’ Dan ternyata dia tidak bisa menggetarkan tangannya ketika
berhadapan dengan orang lain.
Dari contoh kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan
intensi paradoksial individu didorong untuk melakukan sesuatu yang paradoks
yakni mendekati sesuatu yang justru ditakutinya dan yang selalu ingin
dihindarinya.
3.
Contoh
kasus penerapan teknik De- reflection
Contoh
kasus berikutnya dikutip dari hasil penelitian oleh Suprapto (2013) yang
berjudul “konseling logoterapi untuk meningkatkan kebermaknaan hidup lansia”
Menjadi
tua adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Saat memasuki periode lansia,
menjadi seseorang yang lebih berarti dalam hidup tampaknya sangat penting.
Lansia akan menghadapi berbagai persoalan yang terkait dengan beberapa
perubahan yang dialami lansia, yaitu perubahan dalam aspek fisik, kognitif, dan
psikososial. Hal tersebut akan menimbulkan berbagai dampak bagi lansia, salah
satunya ialah perasaan tidak bermakna dalam hidup yang dapat menyebabkan
terjadinya gejala fisik. Subjek ialah lansia yang mengalami ketidakbermaknaan
hidup dan berdampak pada gejala fisik.
Berdasarkan
hasil analisis dari kasus diatas menunjukkan bahwa konseling logoterapi dapat
meningkatkan kebermaknaan hidup pada lansia. Konseling logoterapi diberikan
pada subjek karena konseling ini merupakan konseling yang diberikan pada
individu yang mengalami ketidakjelasan makna dan tujuan hidup. Hal tersebut
menyebabkan subjek mengalami kehampaan dan kehilangan gairah hidup. Konseling
logoterapi juga diberikan pada subjek karena konseling ini tidak diterapkan
untuk kasus patologis berat yang membutuhkan psikoterapi. Selain itu, konseling
logoterapi memiliki karakteristik jangka pendek, berorientasi masa depan dan
berorientasi pada makna hidup (Bastaman, 2007).
Dalam
pendekatan humanistik eksistensial, subjek mengalami neurosis noogenik yaitu
gangguan yang disebabkan tidak terpenuhinya keinginan subjek untuk hidup bermakna,
gangguan tersebut berupa beberapa keluhan fisik yang dialami subjek. Penanganan
yang diberikan pada subjek ialah konseling logoterapi dengan menggunakan metode
dereflection. Metode ini memanfaatkan kemampuan transendensi diri yang
terdapat pada setiap individu dewasa seperti subjek dimana subjek diarahkan untuk
tidak memperhatikan kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan (Bastaman, 2007).
Melalui metode tersebut subjek lebih memperhatikan hal-hal yang positif dan
bermanfaat dan mengalami perubahan sikap, yaitu dari sikap yang terlalu
memperhatikan diri menjadi sikap yang memiliki komitmen terhadap suatu yang
penting bagi subjek. Dalam kasus ini, hal yang penting bagi subjek ialah menentukan
tujuan hidup dan menemukan makna hidupnya kembali. Metode dereflection lebih
adaptif untuk dilakukan, dimana subjek lebih mudah menerima kondisi dirinya,
karena metode tersebut tidak membutuhkan banyak hal yang berkaitan dengan
kontrol terhadap pribadinya sebagai seorang lansia. Melalui metode
dereflection, subjek dapat melihat hal yang berarti dalam kehidupan mereka dan
dapat mengatasi kehampaan eksistensial yang dialaminya. Konseling logoterapi
membantu subjek untuk menemukan sendiri makna hidupnya, menyadari bahwa mereka
memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan hidup dan bertanggung jawab
terhadap pilihan hidup tersebut (Sugioka, 2011).
Hasil
dari konseling logoterapi ini didukung oleh kemauan dan motivasi subjek untuk
meningkatkan kebermaknaan hidupnya serta dukungan dari anggota keluarga subjek.
Istri subjek menyatakan bahwa terdapat perubahan subjek ke arah yang lebih baik
berkaitan dengan sikapnya terhadap istri dan anak-anak subjek. Istri subjek
tidak lagi menemui kebiasaan subjek untuk memeriksakan kondisi fisiknya secara
berlebihan ke puskesmas. Istri
subjek
juga menyatakan bahwa subjek kini lebih dapat mengendalikan emosi daripada
sebelumnya. Selain dari proses konseling logoterapi, peningkatan kondisi subjek
tersebut dipengaruhi oleh pihak lain, yaitu penjelasan dari saudara subjek yang
berprofesi dokter yang dapat meyakinkan subjek bahwa gejala fisik yang
dikeluhkannya bukan merupakan gejala dari penyakit kronis tertentu. Serta percakapan
yang sering dilakukan subjek dengan temannya dimana subjek diajarkan untuk
mengubah sikapnya dalam menjalani hidup dan dalam menyikapi orang lain. Subjek
menyadari bahwa masukan dari dua pihak tersebut serta proses konseling yang
telah dilakukan memiliki manfaat yang besar terhadap dirinya untuk menjadi
lebih baik di waktu yang akan datang.
Selanjutnya
berdasarkan Kuesioner Kebermaknaan Hidup yang diisi oleh subjek, terdapat
perbedaan yang signifikan pada beberapa poin di awal konseling dengan di akhir
konseling. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek belum menemukan tujuan
hidupnya sebelum diberikan konseling dan telah mampu menentukan tujuan hidupnya
secara jelas setelah diberikan konseling, yaitu dapat membahagiakan keluarga,
dapat bermanfaat bagi orang lain, serta lebih dekat dengan Tuhan. Pada poin
lain juga terdapat perbedaan yang signifikan, dimana hasil pengisian kuesioner
menunjukkan bahwa pada awal konseling subjek belum menemukan makna hidupnya dan
pada akhir konseling subjek telah menemukan makna hidupnya. Sedangkan hasil
pengisian kuesioner secara keseluruhan, kondisi subjek menunjukkan adanya
perubahan pada awal dan akhir konseling. Subjek telah mampu menentukan tujuan
hidupnya secara jelas dan telah menemukan makna hidupnya kembali.
Selama
proses konseling logoterapi, peneliti dan subjek memiliki hubungan yang akrab,
terbuka, saling menghargai, memahami dan menerima, sehingga proses konseling
dapat dilakukan secara fleksibel. Konseling bersifat direktif dimana peneliti
memberikan pengarahan pada subjek mengenai hal-hal yang dapat dilakukan subjek
sebagai proses untuk menemukan makna hidupnya. Peneliti berperan sebagai participating
partner yang menarik keterlibatan dengan subjek sedikit demi sedikit
setelah subjek mulai menyadari dan menemukan makna hidupnya (Bastaman, 2007).
Keterbatasan
dalam penelitian ini ialah faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol oleh
peneliti, yang kemungkinan dapat mempengaruhi hasil konseling. Faktor eksternal
tersebut ialah pengaruh dari keluarga, saudara, serta sahabat subjek. Keluarga,
terutama istri subjek, memberikan dukungan setiap saat agar subjek dapat
menerima kondisi fisiknya dan menjalani hidup dengan lebih tenang. Selama
proses konseling, keluarga mendukung subjek untuk melakukan hal-hal yang
positif dan bermanfaat sehingga kebermaknaan hidup subjek meningkat. Saudara
subjek yang berprofesi dokter juga memberikan pengaruh terhadap hasil konseling.
Saudara subjek tersebut melakukan pemeriksaan terhadap kondisi fisik subjek dan
tidak menemukan kemungkinan yang mengarah pada penyakit kronis tertentu.
Saudara subjek menjelaskan bahwa gejala fisik yang dialami subjek akibat
kondisi fisik subjek yang mengalami penurunan karena memasuki masa lansia, dan
meyakinkan bahwa subjek tidak perlu mengkhawatirkan gejala-gejala tersebut.
Selanjutnya sahabat subjek yang sering melakukan percakapan dengan subjek juga
memberikan dukungan pada subjek. Ia meyakinkan bahwa subjek dapat memiliki kehidupan
yang lebih tenang dengan menerima kondisi fisiknya yang menurun. Sahabat subjek
yang mengalami kelumpuhan tersebut menyampaikan bahwa ia dapat menjalani hidupnya
dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat, sehingga ia berharap subjek dengan kondisi
fisik yang lebih baik juga dapat melakukan hal-hal yang bermanfaat.
Diharapkan
setelah konseling dihentikan, subjek dapat mempertahankan atau meningkatkan
kebermaknaan hidupnya sehingga menjadi pribadi yang lebih terbuka dan menyenangkan,
bersedia melakukan pengalaman baru (Reker & Woo, 2011), selalu memiliki harapan
menjadi lebih baik dan bersedia untuk memperbaiki diri, berguna dan bermanfaat
bagi lingkungan sekitar (Bastaman, 2007). Selain itu, sebagai proses
meningkatkan kebermaknaan hidupnya, subjek diharapkan dapat mempertahankan
ketertarikan, aktivitas, dan interaksi sosial selama periode lansia (Feldman, 2003)
serta mampu menemukan makna yang positif dari kehidupan dan kematian, bahkan
dalam kondisi fisik yang tidak baik, seperti penurunan fungsi tubuh (Wong,
2007).
Sumber:
Hana uswatun hasanah
suprapto, madiun , jawa timur. Jurnal “konseling logo terapi untuk meningkatkan
kebermaknaan hidup lansia”. Volume1 (2), 190-198. Magister psikologi UMM. 2013
Abidin,
Zainal. 2007. Analisis eksistensial.
Jakarta : Raja Grafindo Persada
my post Josephine Rainda Disca at 7:38 AM 0 comments
Saturday, April 5, 2014
TUGAS SOFTSKILL PSIKOTERAPI
NAMA : Yosephine Rainda Disca
NPM :
17511582
KELAS : 3PA08
1.
Apakah definisi dari Psikoterapi itu, dan jelaskan.
Secara
etimologis mempunyai arti sederhana yakni “psyche” yang artinya jelas, yaitu
“mind” atau sederhananya: jiwa dan “therapy” dari bahasa yunani berarti
“merawat” atau “mengasuh”, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah
“perawatan terhadap aspek kejiwaannya”.
Menurut
watson & morse (1977), psikoterapi adalah bentuk khusus dari interaksi
antara dua orang, pasien dan terapis,
padamana pasien memulai interaksi karena ia mencari bantuan psikologik dan
terapis menyusun interaksi deng mempergunakan dasar psikologik untuk membantu
pasien meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupannya dengan
mengubah pikiran, perasaan dan tindakan.
Corsini
(1989) mengungkapkan psikoterapi sebagai suatu proses formal dan interaksi
antara dua pihak yang memiliki tujuan untuk memperbaiki keadaan yang tidak
menyenangkan (distress). Sedangkan Wolberg (1967), mengungkapkan bahwa
psikoterapi merupakan suatu bentuk perlakuan atau tritmen terhadap masalah yang
sifatnya emosional. Dengan tujuan menghilangkan skimtom untuk mengantarai pola
perilaku yang terganggu serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi
yang positif.
2.
Jelaskan Tujuan dari Psikoterapi.
Tujuan
dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang
banyak peminatnya, menurut tokoh Corey (1991).
Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis adalah membuat sesuatu yang tidak
sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan
terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru
dari konflik-konflik yang lama.
Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan tingkah laku adalah secara umum untuk
menghilangkan perilaku dan mencari apa yang dapat dilakukan terhadap perilaku
yang menjadi masalah. Klien berperan aktif dalam menyusun terapi dan menilai
bagaimana tujuan-tujuan ini bisa tercapai.
Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan Kognitif-Behavioristik dan Rasional-Emotif adalah
menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri
sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara lebih rasional
dan toleran. Untuk membantu pasien mempergunakan metode yang lebih ilmiah atau
objektif untuk memecahkan masalah emosi dan perilaku dalam kehidupan
selanjutnya.
Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan Gestalt adalah membantu klien memperoleh
pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamnnya. Untuk merangsangnya menerima
tanggung jawab dari dorongan yang ada di dunia dalamnya yang bertentangan
dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar.
Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan Realitas adalah untuk membantu seseorang agar
lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Merangsang untuk menilai
apa yang sedang dilakukan dan memeriksa sebarapa jauh tindakannya berhasil.
Berbagai
literatur lama yang dikemukakan oleh Supriyadi dkk ( 2005) menyebutkan bahwa
konseling dan psikoterapi dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yaitu
berdasarkan (1) tujuan, (2) klien, konselor dan penyelenggaranya dan (3)
metode. Menurut ivey, et al (1987) untuk memberikan jalan terhadap potensi yang
dimiliki seseorang menenmukan sendiri arahnya secara wajar dan meenemukan
dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengekslorasi emosi yang majemuk
serta memberi jalan begi pertumbuhan dirinya yang unik.
3.
Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur dari Psikoterapi.
Dalam
psikoterapi, unsur-unsur aktif dalam pekerjaan reparasi emosional ini meliputi
hubungan baik dan rasa percaya antara klien dan terapis yang bergerak bersama
dengan baik serta terbukanya aliran emosi yang lebih bebas antara klien dengan
terapis.
Menurut
Masserman ada delapan parameter pengaruh dasar yang mencangkup unsur-unsur lazIm
pada semua jenis psikoterapi.
a.
Peran social
b.
Hubungan (Persekutuan tarapeutik)
c.
Hak
d.
Retrospeksi
e.
Reduksi
f.
Rehabilitisi, memperbaiki gangguan
perilaku berat
g.
Resosialisasi
h.
Rekapitulasi
Unsur-unsur
psikoterapeutik dapat dipilih untuk masing-masing pasien dan dimodifikasi
dengan berlanjutnya terapi. Ciri-ciri ini dapat diubah dengan berubahnya tujuan
terapiutik, keadaan mental, dan kebutuhan pasien.
4.
Sebutkan dan jelaskan .perbedaan antara Psikoterapi dan Konseling
Istilah
“psikoterapi” mengandung arti ganda.
Pada satu segi, ia menunjuk pada sesuatu yang jelas, yaitu satu bentuk terapi
psikologis, yaitu suatu rentangan waawasan luas tempat hipnotis pada satu titik
dan konseling pada titik lainnya.
Perbedaan antara konseling dan
psikoterapi dan segi fokus konserennya dan dasar atau landasan kegiatannya.
“Psikoterapi” fokus konserennya melalui penyembuhan -penyeseuaian-pengobatan,
Dasar landasannya pskopatologi. “koseling” fokus konserennya
pengebangan-pendidikan-pencegahan, dasar landasannya filsafat
Di
Amerika dan di Eropa, profesi konselor tidak bisa dipisahkan dari dunia terapi.
Richard Nelson (2011) menuliskan; upaya untuk memisahkan konseling dan terapi
tidak pernah berhasil sepenuhnya. Konseling dan psikoterapi merepresentasikan kegiatan yang berbeda,
namun keduanya menggunakan model model teoritik yang sama. Konselor dan
psikoterapis di Inggris menyatu dalam asosiasi yang sama, karena mereka tidak
bisa memisahkan perbedaan mendasar antara mereka. Maka mereka menyatu dalam
British Association for Counseling and Psychoterapy. Demikian pula halnya di
Australia, konselor dengan psikoterapis bersatu dalam wadah yang satu yang
disebut Psychotherapy & Counseling Federation of Australia.
Salah
satu ahli yang berupaya membedakan antara konseling dengan psikoterapi adalah
Raymond J. Corsini, dalam bukunya Current PsyChoTherapies (1989) ia mencoba
membedakan konseling dan psiko terapi hanya dari kuantitas kegiatannya bukan
pada kualitas pekerjaanya.
5.
Uraikan secara jelas, bagaimana Psikoterapi melakukan berbagai
pendekatan terhadap mental illness.
a) Psychoanalysis & Psychodynamic
Pendekatan
ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara
memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar.
Psychodynamic (Psikodinamik) pertama kali diciptakan oleh Sigmund Feud
(1856-1939), seorang neurologist dari Austria. Teori dan praktek psikodinamik
sekarang ini sudah dikembangkan dan dimodifikasi sedemikian rupa oleh para
murid dan pengikut Freud guna mendapatkan hasil yang lebih efektif.
Tujuan
dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa
yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya
masalah di bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu
menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang
dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight”
(pemahaman pribadi).
Beberapa
metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego
State Therapy, Part Therapy, Trance Psychotherapy, Free Association, Dream
Analysis, Automatic Writing, Ventilation, Catharsis dan lain sebagainya.
b) Behavior Therapy
Pendekatan
terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa
perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang
melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning”
atau “associative learning”.
Inti
dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis
karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya
pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber
kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang
ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa
"ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku
ketakutan".
Tokoh
lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan
konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu
karena berharap hadiah dan menghindari hukuman.
Berbagai
metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior therapy adalah
Exposure and Respon Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior
Modification, Flooding, Operant Conditioning, Observational Learning,
Contingency Management, Matching Law, Habit Reversal Training (HRT) dan lain
sebagainya.
c) Cognitive Therapy
Terapi
Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu
dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy
lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku.
Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan
disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy
antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck.
Tujuan
utama dalam pendekatan kognitif adalah mengubah pola pikir dengan cara
meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional. Beberapa metode psikoterapi yang
termasuk dalam pendekatan kognitif adalah Collaborative Empiricism, Guided
Discovery, Socratic Questioning, Neurolinguistic Programming, Rational Emotive
Therapy (RET), Cognitive Shifting. Cognitive Analytic Therapy (CAT) dan sebagainya.
d) Humanistic Therapy
Pendekatan
Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia
sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan
keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam
terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan
saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk
mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan
kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.
Metode
psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan humanistik adalah Gestalt Therapy,
Client Cantered Psychotherapy, Depth Therapy, Sensitivity Training, Family
Therapies, Transpersonal Psychotherapy dan Existential Psychotherapy.
e) Integrative/Holistic Therapy
Integrative
Therapy atau Holistic Therapy, yaitu suatu psikoterapi gabungan yang bertujuan
untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan. Seperti seorang klien
yang mengalami komplikasi gangguan psikologis yang mana tidak cukup bila
ditangani dengan satu metode psikoterapi saja. Oleh karena itu, digunakan
beberapa metode psikoterapi dan beberapa pendekatan sekaligus.
6.
Sebutkan dan jelaskan bentuk-bentuk utama dari terapi.
Berdasarkan
tujuan dan pendekatan metodis, Wolberg membagi perawatan psikoterapi menjadi
tiga (3) tipe, yaitu :
1.
Penyembuhan Supportif (Supportive Therapy)
Merupakan
perawatan dalam psikoterapi yang mempunyai tujuan untuk :
a.
Memperkuat benteng pertahanan (harga
diri atau kepribadian)
b.
Memperluas mekanisme pengarahan dan
pengendalian emosi atau kepribadian
c.
Pengembalian pada penyesuaian diri yang
seimbang.
Penyembuhan
supportif ini dapat menggunakan beberapa metode dan teknik pendekatan, diantaranya :
a.
Bimbingan (Guidance)
b.
Mengubah lingkungan (Environmental
Manipulation)
c.
Pengutaraan dan penyaluran arah minat
d.
Tekanan dan pemaksaan
e.
Penebalan perasaan (Desensitization)
f.
Penyaluran emosional
g.
Sugesti
h.
Penyembuhan inspirasi berkelompok
(Inspirational Group Therapy)
2.
Penyembuhan Redukatif (Reeducative Therapy)
Suatu
metode pnyembuhan yang mempunyai bertujuan untuk mengusahakan penyesuaian
kembali, perubahan atau modifikasi sasaran/tujuan hidup, dan untuk menghidupkan
kembali potensi. Adapun metode yang dapat digunakan antara lain
a.
Penyembuhan sikap (attitude therapy)
b.
Wawancara (interview psychtherapy)
c.
Penyembuhan terarah (directive therapy)
d.
Psikodrama, dll
3.
Penyembuhan Rekonstruktif (Reconstructive Therapy)
Penyembuhan
rekonstruktif mempunyai tujuan untuk menimbulkan pemahaman terhadap konflik
yang tidak disadari agar terjadi perubahan struktur karakter dan untuk
perluasan pertunbuhan kepribadian dengan mengembangkan potensi. Metode dan
teknik pendekatannya antara lain :
a.
Psikoanalisis
b.
Pendekatan transaksional (transactional
therapy)
c.
Penyembuhan analitik berkelompok
Teknik Terapi
dalam berbagai pandangan Psikologi :
a.
Teknik Terapi Psikoanalisa: teknik ini
menekaknkan fungsi pemecahan masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls
seksual dan agresif dari id.
b.
Teknik Terapi Perilaku: Teknik ini
menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku individu
c.
Teknik Terapi Kognitif Perilaku: tenik
ini memodifikasi perilaku individu dan mengubah keyakinan maladaptif
d.
Teknik Terapi Humanistik: Teknik dengan
pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu individu menyadari diri
sesungguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi terapis yang
minimal
e.
Teknik Terapi Elektrik atau Integratif:
Terapis mengkhususkan diri dalam masalah spesifik
f.
Teknik Terapi Kelompok dan Keluarga:
teknik yang memberikan kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan
perilakunya dalam interaksi dengan orang lain yang memiliki masalah serupa.
Sumber
:
Corey,
Gerald. (2009). Teori Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Refika Aditama.
Corsini,
R.J. & Wedding, D. (2011). Current Psychotherapies. Ed. 9. Belmont :
Brooks/Cole.
Maulany,
R.F (1997). Buku Saku Psikiatri: Residen Bagian Psikiatri UCLA. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Singgih,
Gunarsa. (2004). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Supriyadi
T, Indrawati E. (2005). Psikologi Konseling.
Semarang : Antari Cipta Sejati.
my post Josephine Rainda Disca at 9:08 AM 0 comments
Sunday, January 5, 2014
Rangkuman Tugas Psikologi Manajemen
Nama : Yosephine Rainda Disca
NPM : 17511582
Kelas : 3PA08
Definisi Komunikasi
Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan mentransfer informasi dari satu tempat ke tempat lain. Meskipun ini adalah sebuah definisi komunikasi sederhana, ketika kita berpikir tentang bagaimana kita dapat berkomunikasi dapat menjadi jauh lebih kompleks. Ada berbagai kategori mengenai komunikasi, dan hal tersebut dapat terjadi setiap saat. Kategori komunikasi tersebut diantaranya:
- Komunikasi lisan atau verbal: tatap muka, telepon, radio atau televisi atau media lainnya.
- Komunikasi non-verbal: bahasa tubuh, gerak tubuh, bagaimana kita berpakaian atau bertindak.
- Komunikasi tertulis: surat, e-mail, buku, majalah, internet atau melalui media lainnya.
- Visual: grafik, diagram, peta, logo dan visualisasi lain yang dapat digunakan untuk berkomunikasi
Proses Komunikasi
Sebuah pesan atau komunikasi yang dikirim oleh pengirim melalui saluran komunikasi ke penerima, atau ke beberapa penerima. Pengirim harus menyandikan pesan (informasi yang disampaikan) menjadi bentuk yang sesuai dengan saluran komunikasi, dan penerima kemudian menerjemahkan pesan untuk memahami arti dan maknanya. Kesalahpahaman dapat terjadi pada setiap tahap dari proses komunikasi.
Saluran Komunikasi
Saluran Komunikasi adalah istilah yang diberikan untuk cara di mana kita berkomunikasi. Ada berbagai saluran komunikasi yang tersedia bagi kita saat ini, misalnya percakapan tatap muka, telepon, pesan teks, email, internet (termasuk media sosial seperti Facebook dan Twitter), radio dan TV, surat tertulis, atau brosur. Memilih saluran komunikasi yang tepat sangat penting untuk komunikasi yang efektif karena masing-masing saluran komunikasi memiliki kekuatan dan kelemahan yang berbeda.
Encoding Pesan
Semua pesan harus dikodekan ke dalam bentuk yang dapat disampaikan oleh saluran komunikasi yang dipilih untuk menyampaikan pesan. Kita semua melakukan hal ini setiap hari ketika mentransfer pemikiran abstrak dalam kata-kata yang diucapkan atau tertulis.
Decoding Pesan
Setelah diterima, penerima perlu men-decode pesan, dan kesuksesan decoding juga merupakan keterampilan penting. Individu akan men-decode dan memahami pesan dalam cara yang berbeda berdasarkan setiap hambatan komunikasi yang mungkin hadir, pengalaman dan pemahaman tentang konteks pesan, keadaan psikologis mereka, dan waktu dan tempat penerimaan serta banyak faktor potensial lainnya.
Tanggapan
Penerima pesan cenderung untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana mereka telah memahami pesan melalui reaksi baik verbal maupun non-verbal.
Dimensi Komunikasi
Terdapat 2 jenis dimensi komunikasi yaitu :
- Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan.
- Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan.
Definisi Leadership
Definisi Leadership adalah proses mempengaruhi aktivitas dari seseorang atau kelompok didalam upaya mencapai tujuan pada situasi tertentu. Sehingga proses kepemimpinan merupakan fungsi dari L;leader, F;follower dan S;variabel situasional lain. L = f(l,f,s)
Jadi, setiap kali seseorang berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain, orang tersebut adalah seseorang yang berpotensi menjadi leader dan orang yang akan dipengaruhi berpotensi menjadi pengikut (follower) , tidak perduli apakah orang (pengikut) tersebut adalah atasan, partner, teman, relasi ataupun kelompok.
Teori Kepemimpinan
- Teori X dan Teori Y (DOUGLAS MC GREGOR)
Douglas McGregor dalam bukunya, "The Human Side of Enterprise" yang ada diterbitkan ptahun 1960 telah memeriksa teori tentang perilaku individu di tempat kerja, dan dia telah merumuskan dua model yang dia sebut Teori X dan Teori Y.
Asumsi Teori X
Rata-rata manusia memiliki bawaan tidak menyukai pekerjaan dan akan menghindarinya jika dia bisa.
• Karena mereka tidak suka bekerja, kebanyakan orang harus dikontrol dan terancam sebelum mereka akan bekerja cukup keras.
• Manusia rata-rata lebih suka diarahkan, tidak menyukai tanggung jawab, adalah jelas, dan keinginan keamanan di atas segalanya.
• Asumsi ini terletak di belakang hari ini sebagian besar prinsip-prinsip organisasi, dan menimbulkan baik untuk "sulit" manajemen dengan hukuman dan kontrol ketat, dan "lunak" manajemen yang bertujuan untuk harmoni di tempat kerja.
• Kedua ini adalah "salah" karena pria perlu lebih dari imbalan keuangan di tempat kerja, dia juga membutuhkan motivasi lebih dalam tatanan yang lebih tinggi - kesempatan untuk memenuhi dirinya sendiri.
• Teori X manajer tidak memberikan kesempatan ini staf mereka sehingga karyawan diharapkan berperilaku dalam mode.
Asumsi Teori Y
• Pengeluaran upaya fisik dan mental dalam bekerja adalah sebagai alam seperti bermain atau istirahat.
• Pengendalian dan hukuman bukan satu-satunya cara untuk membuat orang bekerja, manusia akan mengarahkan dirinya sendiri jika ia berkomitmen untuk tujuan organisasi.
• Kalau suatu pekerjaan memuaskan, maka hasilnya akan komitmen terhadap organisasi.
• Pria belajar rata-rata, di bawah kondisi yang tepat, tidak hanya untuk menerima tetapi mencari tanggung jawab.
• Imajinasi, kreativitas, dan kecerdikan dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah kerja dengan sejumlah besar karyawan.
• Di bawah kondisi kehidupan industri modern, potensi intelektual manusia rata-rata hanya sebagian dimanfaatkan.
2. Teori Sistem 4 dari Rensis Likert
Manajemen Sistem
Tahun 1960-an Likert dikembangkan empat sistem manajemen yang menggambarkan hubungan, keterlibatan, dan peran antara manajemen dan bawahan dalam pengaturan industri.Keempat sistem adalah hasil dari penelitian bahwa ia telah dilakukan dengan sangat produktif supervisor dan anggota tim mereka Perusahaan Asuransi Amerika. Belakangan, ia dan Jane G. Likert merevisi sistem berlaku untuk pengaturan pendidikan. Mereka awal revisi itu dimaksudkan untuk menjelaskan peran kepala sekolah, siswa, dan guru; akhirnya individu-individu lain di dunia akademik dimasukkan seperti pengawas, administrator, dan orangtua
Eksploitatif sistem otoritatif (I)
Dalam jenis sistem manajemen tugas pegawai / bawahan adalah untuk mematuhi keputusan yang dibuat oleh manajer dan mereka yang memiliki status yang lebih tinggi daripada mereka dalam organisasi. Bawahan tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Organisasi yang bersangkutan hanya tentang menyelesaikan pekerjaan. Organisasi akan menggunakan rasa takut dan ancaman untuk memastikan karyawan menyelesaikan pekerjaan ditetapkan. Tidak ada kerja tim yang terlibat.
'Kebajikan sistem otoritatif (II)'
Seperti halnya dalam sebuah sistem berwibawa eksploitatif, keputusan dibuat oleh orang-orang di bagian atas organisasi dan manajemen. Namun termotivasi karyawan melalui penghargaan (untuk kontribusi mereka) daripada ketakutan dan ancaman. Informasi dapat mengalir dari bawahan kepada manajer tetapi terbatas pada "manajemen apa yang ingin dengar".
Sistem konsultatif (III)
Dalam jenis sistem manajemen, bawahan termotivasi oleh penghargaan dan tingkat keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan. Manajemen konstruktif akan menggunakan bawahan mereka ide-ide dan pendapat. Namun keterlibatan tidak lengkap dan keputusan besar masih dibuat oleh manajemen senior. Ada aliran informasi yang lebih besar (daripada dalam sistem berwibawa murah hati) dari bawahan kepada manajemen. Meskipun informasi dari bawahan kepada manajer tidak lengkap dan eufimistis.
Partisipatif (kelompok) system (IV)
Manajemen sepenuhnya percaya pada bawahan / karyawan. Ada banyak komunikasi dan bawahan sepenuhnya terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Bawahan nyaman menyatakan pendapat dan ada banyak kerja sama tim. Tim dihubungkan bersama-sama oleh orang-orang, yang menjadi anggota lebih dari satu tim. Likert panggilan orang di lebih dari satu kelompok "menghubungkan pin". Karyawan di seluruh organisasi merasa bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi. Tanggung jawab ini terutama sebagai bawahan motivasi ditawarkan imbalan ekonomi untuk mencapai tujuan organisasi yang mereka telah berpartisipasi dalam pengaturan.
Keempat system menyediakan tempat untuk memulai sebuah teori manajemen dimana variable yang termasuk dalam system kasual dikonsetualisasikan sebagai variable yang melalui dampaknya pada organisasi intervensi variable ( loyalitas, sikap, motivasi, dll) mempengaruhi hasil akhir variable prestasi organisasi, yang diukur dengan hal-hal seperti produktivita, biaya dan penghasilan(brewer, 1968).Sistem IV dianggap sebagai yang paling produktif dan ideal dalam pengaturan kerja. Ketika dikombinasikan dengan manajemen yang baik dan dapat dicapai tujuan, sistem ini telah terbukti dapat menghasilkan lebih banyak kesetiaan, produksi lebih baik, motivasi tinggi, dan lebih banyak keuntungan daripada sistem lain .
3. Teori of Leadership Pattern Choice dari Tannenbaum dan Schmidt
Tannenbaum dan Schmidt Continuum adalah sebuah model sederhana yang menunjukkan hubungan antara tingkat kebebasan yang seorang manajer memilih untuk diberikan kepada tim, dan tingkat kewenangan yang digunakan oleh manajer. Sebagai kebebasan tim meningkat, sehingga otoritas manajer berkurang. Ini adalah cara yang positif bagi kedua tim dan manajer untuk berkembang. Sementara model Tannenbaum dan Schmidt keprihatinan kebebasan didelegasikan ke grup, prinsip yang mampu menerapkan berbagai tingkat kebebasan didelegasikan erat berkaitan dengan 'delegasi tingkat' pada delegasi halaman. Sebagai seorang manajer, salah satu tanggung jawab Anda adalah untuk mengembangkan tim Anda. Anda harus mendelegasikan dan meminta sebuah tim untuk membuat keputusan sendiri untuk berbagai tingkatan sesuai dengan kemampuan mereka.
teori ini didelegasikan untuk menjelaskan tingkat kebebasan. yaitu :
1. Manajer memutuskan dan mengumumkan keputusan.
2. Manajer memutuskan dan kemudian 'menjual' keputusan untuk kelompok.
3. Manajer menyajikan latar belakang keputusan dengan ide-ide dan mengundang pertanyaan.
4. Manajer menyarankan keputusan sementara dan mengundang diskusi tentang hal itu.
5. Manajer menyajikan situasi atau masalah, mendapat saran, kemudian memutuskan.
6. Manajer menjelaskan situasi, mendefinisikan parameter dan meminta tim untuk memutuskan.
7. Manajer memungkinkan tim untuk mengidentifikasi masalah, mengembangkan pilihan, dan memutuskan tindakan, dalam batas-batas yang diterima manajer.
1. Pengertian motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa latin “Movere” yang artinya menimbulkan pergerakan. Motivasi didefinisikan sebagai kekuatan psikologis yang menggerakkan seseorang kearah beberapa jenis tindakan (Haggard, 1989) dan sebagai suatu kesediaan peserta didik untuk menerima pembelajaran, dengan kesiapan sebagai bukti dari motivasi (Redman, 1993). Menurut Kort (1987), motivasi adalah hasil faktor internal dan faktor eksternal dan bukan hasil eksternal saja. Hal yang tersirat dari motivasi adalah gerakan untuk memenuhi suatu kebutuhan atau untuk mencapai suatu tujuan.
2. Teori – Teori Motivasi
· Teori Drive Reinforcement
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan pemberian konpensasi. Misalnya promosi seorang karyawan itu tergantung dari prestasi yang selalu dapat dipertahankan. Sifat ketergantungan tersebut bertautan dengan hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku tersebut. Teori reinforcement ini terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Reinforcement Positif (Positive Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuh positif diterapkan secara bersyarat.
2. Reinforcement Negatif (Negative Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika reinforcement negatif dihilangkan secara bersyarat.
Jadi prinsip reinforcement selalu berhubungan dengan bertambahnya frekuensi dan tanggapan, apabila diikuti oleh stimulus yang bersyarat. Demikian juga prinsip hukuman (Punishment) selalu berhubungan dengan berkurangnya frekuensi tanggapan, apabila tanggapan (response) itu diikuti oleh rangsangan yang bersyarat.
· Teori Harapan
Teori pengharapan berargumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu , dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu tersebut. Dalam istilah yang lebih praktis, teori pengharapan, mengatakan seseorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia menyakini upaya akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik (Victor Vroom dalam Robbin 2003:229)
Teori ini dikemukakan oleh Victor Vroom yang mendasarkan teorinya pada tiga konsep penting, yaitu
a. Harapan (expentancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena prilaku .Harapan merupakan propabilitas yang memiliki nilai berkisar nol yang berati tidak ada kemungkinan hingga satu yang berarti kepastian
b. Nilai (Valence) adalah akibat dari prilaku tertentu mempunyai nilai atau martabat tertentu (daya atau nilai motivasi) bagi setiap individu tertentu
c. Pertautan (Inatrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengn hasil tingkat ke dua.Vroom mengemukakan bahwa pertautan dapat mempunyai nilai yang berkisar antara –1 yang menunjukan persepsi bahwa tercapinya tingkat ke dua adalah pasti tanpa hasis tingkat pertama dan tidak mungkin timbul dengan tercapainya hasil tingkat pertama dan positip satu +1 yang menunjukan bahwa hasil tingkat pertama perlu dan sudah cukup untuk menimbulkan hasil tingkat ke dua.
Teori ini termasuk kedalam Teori – Teori Kesadaran. Teori ini menunjukkan pendekatan kognitif terhadap motivasi kerja, yang menekankan kepada kemampuan individu dalam pemrosesan informasi. Kekuatan motivasi yang mendasarinya bukanlah sebuah kebutuhan.
§
· Teori Tujuan
Teori tujuan mencoba menjelaskan hubungan-hubungan antara niat atau intentions (tujuan-tujuan dengan prilaku), pendapat in digunakan oleh Locke. Teori ini memiliki aturan dasar, yaitu penetapan dari tujuan-tujuan secara sadar. Menurut Locke, tujuan-tujuan yang cukup sulit, khusus dan pernyataannya yan jelas dan dapat diterima oleh tenaga kerja, akan menghsilkan unjuk kerja yang lebih tinggi daripada tujuan-tujuan tidak khusus, dan yang mudah dicapai. Hasil penelitian Edwin Locke dan rekan-rekan (1968), menunjukkan efek positif dari teori tujuan pada prilaku kerja. Locke menunjukan bahwa :
1. Tujuan yang cukup sulit ternyata menghasilkan tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada tujuan yang lebih mudah.
2. Tujuan khusus, cukup sulit untuk menghasilkan tingkat output yang lebih tinggi.
Penetapan tujuan tidak hanya mempengaruhi kerja itu sendiri, tetapi dapat juga mendorong pegawai untuk mencoba menemukan metode yang lebih baik untuk melakukan pekerjaan . Teori tujuan berdasarkan pada intuitif yang solid.
Perusahaan menggunakan teori tujuan ini, berdasarkan tujuan-tujuan perusahaan, secara berurutan disusun tujuan-tujuan untuk devisi, bagian sampai satuan kerja yang terkecil untuk diakhiri penetapan sasaran kerja untuk setiap karyawan dalam kurun waktu tertentu
Tujuan-tujuan yang bersifat spesifik atau sulit cenderung menghasilkan kinerja (performance) yang lebih tinggi. Dalam pencapaian tujuan dilakuka melalui usaha partisipasi yang menimbulkan dampak :
(+) Acceptance/Penerimaan : sesulit apapun apabila orang telah menerima suatu pekerjaan maka akan dilaksanakan dengan baik.
(-) Timbulnya superioritas pada orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi.
Teori tujuan ini, dapat juga ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran pribadi memiliki nilai kepentingan pribadi (valence) yang berbeda-beda.
Proses penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri. Bila didasarkan oleh prakarsa sendiri, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan dan ia akan memiliki keikatan (commitmen) besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yan telah ia tetapkan.
· Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai tujuh enam atau hierarki kebutuhan, yaitu :
1. kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex
2. kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
3. kebutuhan social (social needs) yaitu kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok dan menjalin hubungan dengan orang lain. Di dalam kebutuhan sosial ini terdapat kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
4. kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status, seseorang harus berprestasi, menjadi kompeten, serta mendapat pengakuan sebagai orang yang berprestasi dan kompeten untuk dapat dihargai
5. kebutuhan intelektual (intellectual needs) terdapat didalamnya adalah individu memperoleh pemahaman dan pengetahuan
6. kebutuhan estetis (aesthetic needs), setelah mencapai tingkatan intelektual tertentu, maka individu akan memikirkan tentang kebutuhan akan keindahan, kerapian, serta keseimbangan
7. aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata agar dapat menemukan pemenuhan pribadi dan mencapai potensi diri.
A. Definisi Mengendalikan (controlling)
Menurut Henri Fayol, Pengendalian adalah suatu usaha terdiri dari melihat segala sesuatu yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah diambil, perintah yang telah diberikan, dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Objek adalah untuk menunjukkan kesalahan agar mereka dapat diperbaiki dan dicegah berulang.
Menurut EFL Breach, Pengendalian juga memeriksa kinerja saat ini terhadap yang telah ditentukan standar yang terdapat dalam rencana, dengan tujuan untuk memastikan kemajuan yang memadai dan kinerja yang memuaskan.
Jadi dapat disimpulkan Pengendalian (controlling) adalah salah satu fungsi manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan. Pengendalian merupakan adalah fungsi penting karena membantu untuk memeriksa kesalahan dan mengambil tindakan korektif sehingga penyimpangan dari standar diminimalkan dan menyatakan tujuan organisasi dicapai dengan cara yang diinginkan. Dan Secara konseptual, pengawasan (pengendalian ) adalah suatu kehidupan interaktif antara hasil pekerjaan dengan perencanaan yang telah disusun.
B. Langkah-Langkah dalam kontrol
Mockler (1984) membagi pengendalian dalam 4 langkah yaitu :
1. Menetapkan standar dan Metode Mengukur Prestasi Kerja
Standar yang dimaksud adalah criteria yang sederhana untuk prestasi kerja, yakni titik-titik yang terpilih didalam seluruh program perencanaan untuk mengukur prestasi kerja tersebut guna memberikan tanda kepada manajer tentang perkembangan yang terjadi dalam perusahaan itu tanpa perlu mengawasi setiap langkah untuk proses pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan.
2. Melakukan Pengukuran Prestasi Kerja
Pengukuran prestasi kerja idealnya dilaksanakan atas dasar pandangan kedepan, sehingga penyimpangan-pennyimpangan yang mungkin terjadi ari standar dapat diketahui lebih dahulu.
3. Menetapkan Apakah Prestasi Kerja Sesuai dengan Standar
Yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran dengan target atau standar yang telah ditetapkan. Bila prestasi sesuai dengan standar manajer akan menilai bahwa segala sesuatunya beada dalam kendali.
4. Mengambil Tindakan Korektif
Proses pengawasan tidak lengkap bila tidak diambil tindakan untuk membetulkan penyimpangan yang terjadi. Apabila prestasi kerja diukur dalam standar, maka pembetulan penyimpangan yang terjadi dapat dipercepat, karena manajer sudah mengetahui dengan tepat, terhadap bagian mana dari pelaksanaan tugas oleh individu atau kelompok kerja, tindakan koreksi itu harus dikenakan.
C. Tipe – tipe dalam kontrol dalam manajemen
Tipe pengendalian manajemen dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) Pengendalian preventif (prefentive control) : Dalam tahap ini pengendalian manajemen
terkait dengan perumusan strategic dan perencanaan strategic yang dijabarkan dalam bentuk program-program.
2) Pengendalian operasional (Operational control) : Dalam tahap ini pengendalian manajemen terkait dengan pengawasan pelaksanaan program yang telah ditetapkan melalui alat berupa anggaran. Anggaran digunakan untuk menghubungkan perencanaan dengan pengendalian.
3) Pengendalian kinerja : Pada tahap ini pengendalian manajemen berupa analisis evaluasi kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan.
D. Kontrol Proses manajemen
Proses pengendalian manajemen yang baik sebenarnya formal, namun sifat pengendalian informal masih banyak terjadi. Pengendalian manajemen formal merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan satu sama lain, terdiri dari proses :
1) Pemrograman (Programming)
Dalam tahap ini perusahaan menentukan program-program yang akan dilaksanakan dan memperkirakan sumber daya yang akan alokasikan untuk setiap program yang telah ditentukan.
2) Penganggaran (Budgeting)
Pada tahap penganggaran ini program direncanakan secara terinci, dinyatakan dalam satu moneter untuk suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Anggaran ini berdasarkan pada kumpulan anggaran-anggaran dari pusat pertanggungjawaban.
3) Operasi dan Akuntansi (Operating and Accounting)
Pada tahap ini dilaksanakan pencatatan mengenai berbagai sumber daya yang digunakan dan penerimaan-penerimaan yang dihasilkan. Catatan dan biaya-biaya tersebut digolongkan sesuai dengan program yang telah ditetapkan dan pusat-pusat tanggungjawabnya. Penggolongan yang sesuai program dipakai sebagai dasar untuk pemrograman di masa yang akan datang, sedangkan penggolongan yang sesuai dengan pusat tanggung jawab digunakan untuk mengukur kinerja para manajer.
4) Laporan dan Analisis (Reporting and Analysis)
Tahap ini paling penting karena menutup suatu siklus dari proses pengendalian manajemen agar data untuk proses pertanggungjawaban akuntansi dapat dikumpulkan.Analisis laporan manajemen antara lain dapat berupa :
Perlu tidaknya strategi perusahaan diperiksa kembali.
Perlu tidaknya dilakukan penghapusan, penambahan, atau pengubahan program di tahun yang akan datang.
Dari analisis penyimpangan dapat disimpulkan perlunya diadakan perubahan anggaran, apabila sudah tidak realistis.
Dari laporan-laporan dapat diambil kesimpulan perlu adanya perbaikan-perbaikan untuk masalah yang tidak dapat diantisipasi.
DAFTAR PUSTAKA
Sunyoto Munandar, Ashar.(2001).Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta: Universitas Indonesia.
Sihotang. A. Drs. M.B.A. (2006).Menejemen Sumber Daya Manusia .Jakarta : PT Pradnya Paramita.
P.Siagian, Sondang, Prof. Dr. MPA.(1988). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Rineka Citra.
http://wangmuba.com/2009/02/18/teori-teori-motivasi/
http://wangmuba.com/2009/02/18/teori-harapan-expectancy/
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/motivasi-teori-proses-dan-penerapan
Pengertian – Definisi Komunikasi:
http://www.skillsyouneed.com/general/what-is-communication.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Communication
http://pelatihanguru.net/apa-itu-jenis-jenis-tahap-komunikasi-dan-pengertian-proses-komunikasi
http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2166075-pengertian-komunikasi-efektif/
http://pelatihanguru.net/apa-itu-jenis-jenis-tahap-komunikasi-dan-pengertian-proses-komunikasi
http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2166075-pengertian-komunikasi-efektif/
http://id.shvoong.com/business-management/management/2290028-pengertian-dan-definisi-controlling-pengendalian/
http://tinherniyani.trigunadharma.ac.id/wp-content/uploads/2012/06/CHAPTER-12-Pengendalian-atau-Pengawasan.pdf
http://lintongnababan.wordpress.com/2008/08/28/sistem-pengendalian-manajemen/
http://desthi-m.blogspot.com/2010/01/tipe-pengendalian-manajemen.html
seowaps
seowaps
seowaps
my post Josephine Rainda Disca at 6:12 AM 0 comments
Subscribe to:
Posts (Atom)